Pergi ke BAWAH  

Sunday 28 March 2010

KITA SEHARUSNYA MALU, JIKA MASIH MENGELUH, ATAS HAL YG TIDAK PANTAS KITA KELUHKAN !!!

Mengasah empati, menajamkan nurani...check it!!! 

Copas from @Baskoro Dyaz

Salemba, Warta Kota. 
PEJABAT Jakarta seperti ditampar.
Seorang warganya harus menggendong mayat anaknya karena tak mampu sewa mobil jenazah. Penumpang kereta rel listrik (KRL) jurusan Jakarta - Bogor pun geger Minggu (5/6).

Sebab, mereka tahu bahwa seorang pemulung bernama Supriono (38 thn)tengah menggendong mayat anak, Khaerunisa (3 thn). Supriono akan memakamkan si kecil di Kampung Kramat, Bogor dengan menggunakan jasaKRL.

Tapi di Stasiun Tebet, Supriono dipaksa turun dari kereta, lantasdibawa ke kantor polisi karena dicurigai si anak adalah korbankejahatan. Tapi di kantor polisi, Supriono mengatakan si anak tewaskarena penyakit muntaber. Polisi belum langsung percaya dan memaksa Supriono membawa jenazah itu ke RSCM untuk diautopsi.Di RSCM, Supriono menjelaskan bahwa Khaerunisa sudah empat hariterserang muntaber. Dia sudah membawa Khaerunisa untuk berobat kePuskesmas Kecamatan Setiabudi.

"Saya hanya sekali bawa Khaerunisa kepuskesmas, saya tidak punya uang untuk membawanya lagi ke puskesmas,meski biaya hanya Rp 4.000,- saya hanya pemulung kardus, gelas dan botol plastik yang penghasilannya hanya Rp 10.000,- per hari," ujar bapak 2 anak yang mengaku tinggal di kolong perlintasan rel KA diCikini itu.

Supriono hanya bisa berharap Khaerunisa sembuh dengansendirinya. Selama sakit Khaerunisa terkadang masih mengikuti ayah dan kakaknya, Muriski Saleh (6 thn), untuk memulung kardus di Manggaraihingga Salemba, meski hanya terbaring digerobak ayahnya.Karena tidak kuasa melawan penyakitnya, akhirnya Khaerunisa menghembuskan nafas terakhirnya pada Minggu (5/6) pukul 07.00.

Khaerunisa meninggal di depan sang ayah, dengan terbaring di dalam gerobak yang kotor itu, di sela-sela kardus yang bau. Tak ada siapa-siapa, kecuali sang bapak dan kakaknya. Supriono dan Muriski termangu. Uang di saku tinggal Rp 6.000,- tak mungkin cukup beli kainkafan untuk membungkus mayat si kecil dengan layak, apalagi sampaiharus menyewa ambulans.

Khaerunisa masih terbaring di gerobak.Supriono mengajak Musriki berjalan menyorong gerobak berisikan mayatitu dari Manggarai hingga ke Stasiun Tebet, Supriono berniatmenguburkan anaknya di kampong pemulung di Kramat, Bogor. Ia berharapdi sana mendapatkan bantuan dari sesama pemulung.Pukul 10.00 yang mulai terik, gerobak mayat itu tiba di Stasiun Tebet.

Yang tersisa hanyalah sarung kucel yang kemudian dipakai membungkusjenazah si kecil. Kepala mayat anak yang dicinta itu dibiarkanterbuka, biar orang tak tahu kalau Khaerunisa sudah menghadap SangKhalik. Dengan menggandeng si sulung yang berusia 6 thn, Supriono menggendong Khaerunisa menuju stasiun.

Ketika KRL jurusan Bogor datang, tiba-tiba seorang pedagangmenghampiri Supriono dan menanyakan anaknya. Lalu dijelaskan olehSupriono bahwa anaknya telah meninggal dan akan dibawa ke Bogorspontan penumpang KRL yang mendengar penjelasan Supriono langsungberkerumun dan Supriono langsung dibawa ke kantor polisi Tebet.

Polisimenyuruh agar Supriono membawa anaknya ke RSCM dengan menumpangambulans hitam.Supriono ngotot meminta agar mayat anaknya bisa segera dimakamkan.Tapi dia hanya bisa tersandar di tembok ketika menantikan suratpermintaan pulang dari RSCM. Sambil memandangi mayat Khaerunisa yangterbujur kaku.Hingga saat itu Muriski sang kakak yang belum mengerti kalau adiknyatelah meninggal masih terus bermain sambil sesekali memegang tubuhadiknya.

Pukul 16.00, akhirnya petugas RSCM mengeluarkan surat tersebut,lagi-lagi karena tidak punya uang untuk menyewa ambulans, Supriono harus berjalan kaki menggendong mayat Khaerunisa dengan kain sarungsambil menggandeng tangan Muriski. Beberapa warga yang iba memberikanuang sekadarnya untuk ongkos perjalanan ke Bogor. Para pedagang diRSCM juga memberikan air minum kemasan untuk bekal Supriono danMuriski di perjalanan.

Psikolog Sartono Mukadis menangis mendengar cerita ini dan mengaku benar-benar terpukul dengan peristiwa yang sangat tragis tersebutkarena masyarakat dan aparat pemerintah saat ini sudah tidak lagiperduli terhadap sesama. 
"Peristiwa itu adalah dosa masyarakat yang seharusnya kita bertanggung jawab untuk mengurus jenazah Khaerunisa.Jangan bilang keluarga Supriono tidak memiliki KTP atau KK atau bahkantempat tinggal dan alamat tetap.

Ini merupakan tamparan untuk bangsaIndonesia," ujarnya.Koordinator Urban Poor Consortium, Wardah Hafidz, mengatakan peristiwaitu seharusnya tidak terjadi jika pemerintah memberikan pelayanankesehatan bagi orang yang tidak mampu. Yang terjadi selama ini,pemerintah hanya memerangi kemiskinan, tidak mengurusi orang miskin.


tulisan ini saya angkat dr pesan yg dikirim oleh sobat saya Opay Aja Deh 17 Desember jam 1:10
ayo berbuat lebih banyak bagi saudara kita..... tidak perlu mengandalkan orang lain apa lagi "pihak berwenang yang tidak bisa diandalkan". kita mulai dari kita sendiri. 




Ditulis oleh: Gita Putri Y.
Ikon ini merupakan link ke situs bookmark sosial dimana pembaca dapat berbagi dan menemukan halaman web baru.
  • Digg
  • Sphinn
  • Delicious
  • Facebook
  • Mixx
  • Google
  • Furl
  • Reddit
  • Spurl
  • StumbleUpon
  • Technorati
  • 0 komentar:

    Catatan Kaki:



    Kotak komentar pada artikel ini masih kosong, Silahkan diisi untuk menambah semangat kami untuk terus berkarya memberikan informasi kepada anda semua yang membaca di blog ini

    Tak ada yang bisa kami berikan selain ucapan terima kasih karena telah memberikan apresiasi terhadap artikel-artikel Fushilat 2004

    Post a Comment

    Isi Buku




    Live Traffic Map

    About This Blog

    Blog Ukhuwah dan Silaturrohim Angkatan 2004 PNJ

    Anggota

    Blog Stats

    PageRank


    Guestbook

      © Blogger template 'Perfection' by Ourblogtemplates.com 2008 | Edited by IndrakidzDotNet  ©2010

    Kembali ke ATAS