Pemimpin Harus Bisa Melakukan Transformasi Diri I
Pada bulan Mei 2007, saya diutus SBY bersama Menkominfo Muhammad Nuh ke Oslo untuk mewakili Presiden dalam "Global Intermedia Dialogue." Disana, saya bertemu dengan seorang Menteri Norwegia, Raymond Johansen, seorang politisi muda yang enerjik, kompeten, charming dan populer. Saya sempat terpana mendengar pidato Menteri Raymond yang inspiring, namun saya lebih terpukau lagi ketika saya menanyakan pekerjaannya sehari-hari: "Tukang ledeng!" katanya dengan bangga.
Semua orang--apapun pendidikan dan pekerjaannya--dapat menjadi pemimpin. Namun begitu menjadi pemimpin, ia harus bisa beradaptasi terhadap tuntutan tugas barunya. Saya teringat, Paul Wolfowits* pernah menyatakan pada Dr. Alwi Shihab--waktu itu beliau Menlu--bahwa tantangan Gus Dur yang paling utama adalah bagaimana beliau dapat berpikir, berucap dan bertindak sebagai Presiden Republik Indonesia dan bukan lagi berpikir, berucap dan bertindak sebagai Kiai tersohor atau komentator yang cerdik.
Ucapan Paul Wolfowits itu terus saya ingat karena berlaku bukan saja bagi Gus Dur tapi bagi semua orang yang ingin menjadi pemimpin yang efektif. Yang penting bukan apa pekerjaan sebelumnya, namun apakah seseorang mampu melakukan transformasi diri dalam lingkungan barunya.
Dengan itulah, Lech Walesa, seorang tukang listrik di pelabuhan Gdansk, sukses menjadi Presiden Polandia dan memenangkan Nobel Perdamaian. Dengan itulah, Ronald Reagan, seorang aktor kelas-B di Hollywood, dapat menjadi Gubernur California dan kemudian Presiden AS yang meluncurkan 'Reagan Revolution.' Dan dengan itulah, Vladimir Putin, seorang agen KGB, menjadi Presiden Rusia yang paling sukses.
Di Indonesia, satu contoh transformasi diri yang menakjubkan adalah Panglima Besar Jenderal Soedirman, yang mengalami berbagai transformasi diri: dari seorang guru dan Da'i, menjadi tokoh kepemudaan, menjadi Daidancho PETA dan kemudian Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat, pemimpin gerilya yang sangat ulung dan akhirnya pahlawan nasional yang abadi.
Dikutip dari buku: Harus Bisa! karangan Dr. Dino Patti Djalal
0 komentar:
Kotak komentar pada artikel ini masih kosong, Silahkan diisi untuk menambah semangat kami untuk terus berkarya memberikan informasi kepada anda semua yang membaca di blog ini
Tak ada yang bisa kami berikan selain ucapan terima kasih karena telah memberikan apresiasi terhadap artikel-artikel Fushilat 2004
Post a Comment